Sidik Kasus Com.Aceh Timur - Dinas Sosial Aceh Timur resmi meluncurkan Program Sinergi Aparatur dan Masyarakat Bencana (SIGAP) sebagai langkah strategis memperkuat penanganan musibah banjir dan longsor yang kerap melanda Aceh Timur. Jumat, 12 Des 2025.
Program ini diumumkan oleh Plt. Kepala Dinas Sosial Aceh Timur, Saharani S.Ag., M.A, yang menegaskan bahwa inovasi tersebut hadir untuk menjawab tingginya tingkat kerentanan bencana di wilayah Aceh Timur.
Menurut Saharani, Program SIGAP berorientasi pada tiga capaian utama. Pertama, penguatan kompetensi aparatur internal Dinas Sosial, melalui pelatihan, penyusunan, dan pengujian SOP penanganan bencana. Kedua, penguatan koordinasi lintas sektor, dengan menyusun mekanisme koordinasi cepat antarinstansi dalam penanganan darurat.
Ketiga, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat melalui edukasi kebencanaan, pembentukan relawan, penyediaan jalur edukasi dan lokasi evakuasi, simulasi tanggap darurat, serta penyiapan lumbung sosial di tingkat gampong.
“Inovasi SIGAP sangat dibutuhkan mengingat Aceh Timur berada pada kawasan dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Kami ingin memastikan penanganan bencana dapat dilakukan dalam waktu respon maksimal 24 jam di seluruh lokasi terdampak,” Ujar Saharani.
Dalam penerapannya, Program SIGAP telah menghasilkan sejumlah outcome kuantitatif yang signifikan. Sebanyak 42 personel, terdiri dari Tagana, TKSK, dan aparatur Bidang Linjamsos, telah mendapatkan peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan penguatan SOP berbasis waktu respon. Dengan demikian, seluruh personel diharapkan mampu bergerak cepat dan tepat saat bencana terjadi.
Program ini juga memprioritaskan peningkatan kesiapsiagaan di empat gampong rawan bencana di tiga kecamatan yang dijadikan pilot project. Di wilayah tersebut telah dilakukan edukasi, simulasi penanganan darurat, serta penyiapan jalur evakuasi yang terintegrasi dengan lumbung sosial gampong.
SIGAP turut memastikan tersedianya SOP kunci manajemen pengungsian dan distribusi bantuan, yang telah diuji dalam simulasi lapangan. Selain itu, mekanisme koordinasi cepat antarinstansi juga berhasil disusun, sehingga proses penanganan darurat dapat berlangsung lebih terarah dan efisien.
“Kerja sama lintas sektor menjadi fondasi penting. Dengan koordinasi yang kuat, kita bisa memastikan tidak ada wilayah yang terlambat mendapatkan bantuan,” tambah Saharani.
Sebagai bagian dari penguatan kelembagaan, Dinas Sosial bersama pemerintah daerah telah menyusun Peraturan Bupati (Perbup) Aceh Timur tentang penerapan Inovasi SIGAP di seluruh gampong rawan bencana untuk jangka panjang. Perbup ini menjadi dasar hukum agar program SIGAP dapat terus berjalan secara berkesinambungan.
Selain itu, telah teridentifikasi empat gampong prioritas rawan bencana, disertai pertemuan awal bersama keuchik dan camat guna membahas rencana kolaborasi kesiapsiagaan. Keberhasilan awal ini membuka peluang besar bagi replikasi model SIGAP ke sebagian besar wilayah rawan bencana lainnya di Kabupaten Aceh Timur.
Peluncuran Program SIGAP menandai komitmen nyata pemerintah dalam membangun sistem penanganan bencana yang cepat, terkoordinasi, dan berbasis partisipasi masyarakat. Dengan sinergi aparatur dan masyarakat, Aceh Timur diharapkan mampu menjadi daerah yang lebih siap dan tangguh menghadapi berbagai potensi bencana alam.
Zainal


Social Header